Kamis, 29 Oktober 2015

Presentasi Muka

Presentasi Muka
A.    Pengertian
Presentasi muka ialah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah menghadap ke bawah. Presentasi muka dikatakan primer apabila sudah terjadi sejak masa kehamilan, dan dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu persalinan.
Letak muka adalah letak dengan defleksi maksimal, hingga oksiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah. Punggung terdapat dalam lordose dan biasanya terdapat dibelakang.
B.     Penyebab
Pada umumnya penyebab terjadinya presentasi muka adalah keadaan-keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan-keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala oleh karena itu presentasi muka dapat ditemukan pada panggul sempit atau pada janin besar. Multiparitas dan perut gantung juga merupakan factor yang memudahkan terjadinya presentasi muka. Selain itu kelainan janin seperti anensefalus dan tumor di leher bagian depan dapat mengakibatkan presentasi muka. Kadang-kadang presentasi muka juga dapat terjadi pada kematian janin intrauterine, akibat otot-otot janin yang telah kehilangan tonusnya.
Sebab yang tepenting ialah panggul sempit, anak yang besar, dan terjadinya ekstensi yang penuh dari kepala janin.
Secara lengkap sebab-sebab dapat dibagi dalam 2 bagian :
a.       Letak muka primer yang disebabkan oleh kelainan anak dan tak dapat diperbaiki, seperti :
1.      Struma congenitahs
2.      Kelainan tulang leher
3.      Lilitan tali pusat yang banyak
4.      Meningocele
5.      Anencephal
b.      Letak muka sekunder dapat diperbaiki, anak normal :
1.      Panggul picak
2.      Anak besar
3.      Dinding perut kendor, hingga rahim jatuh ke depan
4.      Bagian-bagian yang menumbung
5.      hydramnion
C.    Kelainan defleksi
1.      Pada presentasi muka terjadi hiperekstensi kepala sehingga oksiput menempel pada punggung janin sehingga yang merupakan bagian terendah janin adalah dagu.
2.      Presentasi muka dapat terjadi dengan mento anterior atau mento posterior dalam kaitannya dengan symphisis pubis.
D.    Diagnose
Diagnosis presentasi muka ditegakkan memalui pervaginam VT, dengan meraba adanya mulut – hidung – tulang rahang atas – dan orbital ridges. Kadang perlu dibedakan dengan presentasi bokong dimana dapat teraba adanya anus dan tuber ischiadika yang sering keliru dengan mulat dan tulang rahang atas. Pemeriksaan radiologis dapat menampakkan gambaran hiperekstensi kepala yang jelas dan tulang muka diatas pintu atas panggul.
1.      Dalam kehamilan
Letak muka dapat dicurigai kalau :
a.       Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung dan antara belakang kepala dan punggung teraba sudut yang runcing (sudut Fabre); tonjolan kepala ini juga bertentangan dengan pihak bagian-bagian kecil.
b.      Bunyi jantung anak terdengar pada pihak bagian-bagian kecil. Atas penemuan tersebut di atas dibuat foto rontgen.
2.      Dalam persalinan
Dengan pemeriksaan dalam pada pembukaan yang cukup besar teraba; orbita, hidung, tulang pipi, mulut dan dagu. Karena muka agak lunak harus dibedakan dari bokong. Letak muka dagu kiri depan. Dagu menjadi petunjuk dagu kiri depan, dagu kanan depan, dagu kanan belakang.
E.     Prognosa
letak muka dapat lahir spontan. Pada umumnya partus lebih lama, yang meninggikan angka kematian janin. Kemungkinan rupture perinei lebih besar.
F.     Mekanisme persalinan
1.      kepala turun melalui pintu atas panggul dengan sirkumferensia trakelo parientalis dan dengan dagu melintang atau miring. Setelah muka mencapai dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga dagu memutar ke depan dan berada di bawah arkus pubis. Dengan daerah submentum sebagai hipomoklion kepala lahir dengan gerakan fleksi sehingga dahi, ubun-ubun besar dan belakang kepala lahir melewati perineum. Setelah kepala lahir terjadi putara paksi luar dan badan lahir seperti pada presentasi belakang kepala. Kalau dagu berada di belakang, pada waktu putaran dalam dagu harus melewati jarak yang lebih jauh supaya dapat berada di depan. Kadang-kadang dagu tidak dapat berputar ke depan, dan tetap berada di belakang (kira-kira 10%). Keadaan ini dinamakan posisi mento posterior peresistens, dan janin tidak dapat lahir spontan, kecuali bila janin kecil atau mati. Kesulitan kelahiran pada presentasi muka dengan posisi mento posterior ini disebabkan karena kepala sudah berada dalam defleksi maksimal dan tidak mungkin menambah defleksinya lagi, sehingga kepala dan bahu terjepit dalam panggul dan persalinan tidak dapat maju. Oleh karena itu bila dijumpai presentasi muka dengan dagu di belakang perlu segera dilakukan tindakan untuk menolong persalinan.
2.      Pada permulaan defleksi ringan saja, tetapi dengan turunnya kepala defleksi bertambah, hingga dagu menjadi bagian yang terendah. Ini disebabkan karena jarak dari foramen magnum ke belakang kepala lebih besar dari jarak dan foramen magnum ke dagu. Distantia submento bregmatika melalui jalan lahir (9½cm). Karena dagu merupakan bagian yang terendah dagulah yang paling dulu mengalami rintangan dan otot-otot dasar panggul, hingga memutar ke depan kearah symphisis. Putaran paksi ini baru terjadi pada dasar panggul. Dalam vulva terdahulu nampak mulut. Kepala lahir dengan gerakan fleksi dan tulang lidah menjadi hypomochlion; berturut-turut lahirlah hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya tulang belakang kepala. Vulva diregang oleh diameter submentooccipitalis (11½cm). caput succedaneum terbentuk di daerah mulut hingga muka dan akan muncung.
G.    Penatalaksanaan
1.      Dagu anterior
a.       Bila pembukaan lengkap
·         Lahirkan dengan persalinan spontan pervaginam
·         Bila kemajuan persalinan lambat lakukan oksitosin drip
·         Bila kurang lancer, lakukan forcep
b.      Bila pembukaan belum lengkap
       Tidak didapatkan tanda obtuksi, lakukan oksitosin drip. Lakukan evaluasi persalinan sama dengan persalinan vertex.
2.      Dagu posterior
a.       Bila pembukaan lengkap maka dilakukan SC
b.      Bila pembukaan lengkap, lakukan penilaian penurunan rotasi, dan kemajuan persalinan, jika macet maka dilakukan SC
c.       Jika janin mati maka lakukan Kraniotomi
Penanganan proses persalinan mengikuti pola seperti letak belakang kepala. Lamanya proses persalinan biasanya juga mengikuti letak belakang kepala, tetapi terkadang ada juga persalinannya yang memanjang. Selagi tidak ditemukan bahaya pada janin dan atau ibu maka persalinan bisa diteruskan.
SC dilakukan jika persalinan macet/terhenti atau pola denyut jantung bayi yang tidak baik. Angka kesuksesan letak muka lahir secara normal pervaginam sekitar 60-70%, sisanya dilahirkan dengan SC. Jika persalinan macet dengan pembukaan lengkap, maka dapat dilakukan bantuan persalinan dengan cunam/forcep.
Trauma janin akibat persalinan normal letak muda berupa pembengkakan tenggorokan dan kerongkongan bayi akan segera hilang sesaat setelah lahir. Pada kasus dengan tumor di leher kadang diperlakukan intubasi (memasukkan tube ke jalan napas). Sehingga persalinan harus selalu di damping oleh dokter anak.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Wiknjosastro, Hanifa dkk. Gawat Janin. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi Pertama. Cetakan kedelapan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010. Hal. 52-60.
2.      Varney, Helen et. Al. Pelahiran Bayi Dengan Presentasi Muka. Dalam : Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC
3.      Chapman, Vicky. Presentasi Wajah. Dalam : Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. 2003. Jakarta: EGC

4.      Kelainan Presentasi. Obstetri Patologi. Bgian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. 1990. Bandung: EGC