Rabu, 20 Januari 2016

Pengalaman PKK I RB

Selesai ujian praktek semester3, saya praktek di Klinik Lestari Asih yang ada di bonang..
disana saya praktek selama 3 minggu, dari tanggal 23 November - 12 Desember. Banyak ilmu yang saya dapatkan disana, bidan-bidan nya juga baik. awalnya saya pulang pergi klinik-rumah, tapi karna shif yang selalu full, saya harus tinggal sementara di klinik,,
Dari kampus saya harus bisa memenuhi target yang diberikan,,lumayan banyak tapi InsyaAllah bisa terpenuhi.. selama disana saya memeriksa ibu hamil, membantu dokter SpOG untuk USG ibu hamil, saya juga melihar prosesnya persalinan yang sebelumnya saya cuma lihat di youtube..
pengalaman perdana saya waktu menemani ibu melahirkan, perasaanya itu campur aduk disaat ibu nya merasakan sakit ketika menunggu pembukaan lengkap, saya juga sepertinya merasakannya..
selama beberapa jam akhirnya pembukaan sudah lengkap dan keluarlah kepala, saya degdegan dan terharu karna bisa melihat proses persalinan yang ternyata perjuangan ibu itu antara hidup dan mati untuk melahirkan anaknya.
keluar kepala lalu sangahsusur dan keluarlah si bayi, bayinya menangis kencang, disaat itu saya seperti ingin menangis mendengar suara tangisan si bayi.. lahirlah bayi laki2 dengan berat 3000gr, panjang badan 50cm,,
dan itulah salah satu pengalaman yang sulit dan tidak akan pernah terlupakan.. dan waktupun tidak terasa, akhirnya saya sudah harus selesai praktek di klinik tersebut. semoga apa yang saya dapatkan disana bisa menjadi bekal setelah saya lulus nanti dan bisa menjadi bidan yang profesional..
mungkin segitu saja yang bisa saya ceritakan tentang pengalaman saya disana..

Jumat, 06 November 2015

Hipoglikemia dan Tetanus Neonatorum


A. HIPOGLIKEMI
a. Definisi Hipoglikemi
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal rendah. Keadaan kadar dimana kadar glukosa darah <60 mg/dL, atau kadar glukosa darah , <80 mg/dL, dengan gejala klinis. (Ai Yeyeh dan Lia. 2012)
Hipoglikemia adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dL. (Dwi Maryanti.dkk. 2011)
Hipoglikemia adalah masalah serius pada bayi baru lahir, dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksia otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.
Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dL. Pada diabetes, kadar gula terlalu tinggi; pada hipoglikemia, kadar gula darah terlalu rendah. Kadar gula rendah menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi. 
Otak merupakan organ yang sangat peka terhadap kadar gula darah yang rendah karena glukosa merupakan sumber energi otak yang utama. Otak memberikan respon terhadap kadar gula darah yang rendah dan melalui sistem saraf, merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hal ini akan merangsang hari untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah tetap terjaga. Jika kadarnya menurun maka, akan terjadi gangguan fungsi otak.
Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada. Karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, dan gannguan pernafasan.(Ai Yeyeh dan Lia. 2012)
b. Etiologi Hipoglikemia
1. Hipoglikemia sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah.
2. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsilinism) sehingga terjadi hipoglikemia.
3. Hipoglikemia adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan smpai kematian.
4. Kejadian hipoglikemia lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus.
5. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.
6. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernafasan. (Dwi Maryanti. Dkk. 2011)

c. Gejala Klinis/ Pemeriksaan Fisik
1. Jitteriness
2. Sianosis
3. Kejang atau tremor
4. Latergi dan menyusui yang buruk
5. Apnea
6. Tangisan yang lemah atau bernada tinggi
7. Hipotermia
8. RDS (bayi sakit atau stress). (Ai Yeyeh. dan Lia. 2012)

d. Penatalaksaan Hipoglikemia
1. Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari pertama :
a. Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam.
b. Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan.
c. Kadar glukosa ≤  45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia
d. Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia selesai. (Dwi Maryanti. dkk. 2011) 

e. Pemantauan 
Bayi-bayi dengan faktor resiko dipantau sebelum makan sampai glukosa darah diatas >45 mg/dL (>2,6 mmol/liter) pada dua kali pemeriksaan yang berbeda. Tidak perlu memantau kadar gula darah bayi pada bayi aterm yang berkembang normal yang sedang diberi ASI. Semua bayi yang membutuhkan perawatan intensif harus dipantau glukosa darahnya secara teratur.
Pemeriksaan glukosa darah harus dilakukan di tempat tidur dengan glukometer, yang hanya membutuhkan satu tetes darah. (Tom dan Avroy. 2008)  

B. TETANUS NEONATORUM
a. Definisi Tetanus Neonatorum
Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intra uterus ke kehidupan intra uterin hingga berusia kurang dari satu bulan (Dwi Maryati dkk, 2011).
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang system saraf pusat (Dwi Maryati dkk, 2011).

Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut dan fatal yang disebabkan oleh Clostridium tetani dengan tanda utama spasme tanpa gangguan kesadaran. Gejala klinis timbul sebagai dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan neuromuscular junction serta saraf autonom. Tetanus neonatorum menyebabkan 50% kematian perinatal dan 20% kematian bayi. Angka kejadian 6-7/100 kelahiran hidup di perkotaan dan 11-23/100 kelahiran hidup di pedesaan. Disebut juga lockjaw karena terjadi kejang pada otot rahang. Tetanus banyak ditemukan di negara-negara berkembang. (Marmi, 2012)

b. Etiologi Tetanus Neonatorum
Penyebab penyakit ini adalah clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerobik dan mengeluarkan eksotoksin yang neorotropik. (Dwi Maryati dkk, 2011)

c. Manifestasi klinis
Masa inkubasi biasanya 3 – 10 hari. Gejala permulaan adalah bayi mendadak tidak mau atau tidak bisa menetek karena mulut tertututp (trismus), mulut mencucu seperti ikan, dapat terjadi spasmus otot yang luas dan kejang yang umum. Leher menjadi kaku dan kepala mendongak ke atas (opistotonus). Dinding abdomen kaku, mengeras dan kalau terdapat kejang otot pernapasan, dapat terjadi sianosis. Suhu dapat meningkat sampai 39ºC. Naiknya suhu ini mempunyai prognosis yang tidak baik. (Dwi Maryati dkk, 2011)

d. Tanda – Tanda Tetanus Neonatorum
Tanda-tanda jika seorang bayi mengalami tetanus neonatorum adalah :
Tiba-tiba demam/panas
Bayi tidak mau/tidak bisa menyusu (mulut tertutup/trismus)
Mulut mencucu seperti ikan
Mudah sekali kejang (misalnya kalau dipegang, kena sinar, atau kaget-kaget)
Disertai sianosis
Kuduk kaku
Posisi punggung melengkung
Kepala mendongak ke atas (opistotonus)

Pada pasien anak, ketika melakukan anamnesis sebaiknya ditanyakan:
1) Riwayat mendapat trauma, pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak steril, riwayat menderita otitis media supurativa kronik (OMSK), atau gangrene gigi.
2) Riwayat tidak diimunisasi atau tidak lengkap imunisasi tetanus. (Marmi, 2012)
e. Derajat Penyakit
1) Derajat I (tetanus ringan)
Trismus ringan sampai sedang
Kekakuan umum : kaku kuduk, opistotonus, perut papan
Tidak dijumpai disfagia atau ringan
Tidak dijumpai kejang
Tidak dijumpai gangguan respirasi
2) Derajat II (tetanus sedang)
Trismus sedang
Kekauan jelas
Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang spontan
Takipneu
Disfagia ringan
3) Derajat III (tetanus berat)
Trismus berat
Otot spastis, kejang spontan
Takipneu, takikardia
Serangan apne (apneic speli)
Disfagia berat
Aktivitas system autonomy meningkat
4) Derajat IV (stadium terminal), derajat III ditambah dengan 
Gangguan autonom berat
Hipertensi berat dan takikardi, 
Hipotensi dan brakikardi
Hipertensi berat atau hipotensi berat (Marmi, 2012)
f. Penatalaksanaan
1) Antibiotik (penisilin prokain, ampisilin, tetrasiklin, metronidazole, eritromisi bila terdapat sepsis atau pneumonia dapat ditambahkan sefalospirin.
2) Netralisasi toksi
Anti tetanus serum (ATS), dilakukan uji kulit lebih dulu.
Bila tersedia, dapat diberikan human tetanus immunoglobulin (HTIG)
Anti konvulsan (diazepam).
3) Perawatan luka atau port d’entrée dilakukan setelah diberi antitoksin dan antikonvulsan
4) Terapi suportif
Bebaskan jalan napas
Hindari aspirasi dengan menghisap lender perlahan-lahan dan memindah-mindahkan posisi pasien
Pemberian oksigen
Perawatan dengan stimulasi minimal
Pemberian cairan dan nutrisi adekuat, bila trismus berat dapat dipasang sonde nasogastrik
Bantuan napas pada tetanus berat atau tetanus neonatorum
Pemantauan atau monitoring kejang dan tanda penyulit
Tetanus ringan dan sedang
Diberikan pengobatan tetanus dasar.
Tetanus sedang
Terapi dasar tetanus
Perhatian khusus pada keadaan jalan napas (akibat kejang dan aspirasi)
Pemberian cairan parenteral, bila perlu nutrisi secara parenteral
Tetanus berat
Terapi dasar seperti di atas
perawatan di ICU, diperlukan intubasi dan ventilator
Keseimbangan cairan dimonitor secara adekuat
Apabila spasme sangat hebat, berikan pankuronium bromida 0,02mg/kg IV, diikuti 0,05mg/kg/kali, diberikan tiap 2-3 jam
Apabila terjadi aktivitas simpatis yang berlebihan, berikan b-blocker seperti propranolol/a dan b-blocker labetalol.

g. Pencegahan
1) Imunisasi aktif
Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali sejak usia 2 bulan dengan interval 4-6minggu, ulangan pada umur 18 bulan dan 5 tahun.
2) Pencegahan pada luka
a) Luka dibersihkan, jaringan nekrotik dan benda asing dibuang.
b) Luka ringan dan bersih
Imunisasi lengkap: tidak perlu ATS atau tetanus immunoglobulin
Imunisasi tidak lengkap: imunisasi aktif DPT/DT
c) Luka sedang atau berat dan kotor
Imunisasi (-)/tidak jelas: ATS 3000-5000 U, IV, tetanus immunoglobulin 250-500 U. Toksoid tetanus pada sisi lain
Imunisasi (+), lamanya sudah >5tahun: ulangan toksoid, ATS 3000-5000 U, IV, tetanus immunoglobulin 250-500 U. (Marmi, 2012)

DAFTAR PUSTAKA
Marmi. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lissauer, Tom. Fanaroff, Avroy. 2008. At A Glance Neonatologi : Erlangga.
Maryanti, Dwi. dkk. 2011. Buku Ajar Neonatus Bayi& Balita. Jakarta : TIM.
Rukiyah, Ai Yeyeh. Yulianti, Lia. 2012. Asuhan Neonatus Bayi & Anak Balita. Jakarta : TIM.


Minggu, 01 November 2015

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala 1


A.      Pengertian Persalinan pada kala I
                 Persalinan pada kala I adalah pembukaan yang berlangsung saat persalinan mulai (pembukaan nol) sampai pembukaan lengkap (10cm). proses ini terbagi menadi 2 fase, yaitu :
1.      fase laten, berlangsungnya selama 8 jam, serviks membuka sampai 3cm.
2.      fase aktif, berlangsungnya selama 7 jam, serviks membuka dari 4cm sampai 10cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi menjadi 3 fase :
·         Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm menjadi 4cm.
·         Fase dilatasi maksima, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4cm menjadi 9cm.
·         Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan 9cm menjadi lengkap.
                 Proses diatas terjadi pada primigravida ataupun multigravida, tetapi pada multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pada primigravida, kala I berlangsung ±12jam, sedangkan pada multigravida ±8 jam.
B.       Perubahan fisiologis dan psikologis pada kala I
                 Sejumlah perubahan fisiologis yang normal akan terjadi selama persalinan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat mengintreprestasikan tanda-tanda gejala tertentu dan penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal apa tidak persalinan kala I.
a)      Perubahan fisiologis pada kala I
1.      Perubahan tekanan darah
          Perubahan darah meningkat selama konstraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg diantara konstraksi-konstraksi uterus,tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi konstraksi. Arti penting dan kejadian ini adalah untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya,sehingga diperlukan pengukuran diantara konstraksi. Jika seorang ibu dalam keadan yang sangat takut/khawatir,rasa takutnyalah yang menyebabakan kenaikan tekanan darah. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan lainnya untuk mengesampingkan preeklamsia. Oleh karena itu diperlukan asuhan yang mendukung yang dapat menimbulkan ibu rileks/santai.
          Posisi tidur telentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan sikulasi darah baik untuk ibu maupun janin akan terganggu,ibu dapat terjadi hipotensi dan janin dapat asfiksia.
2.      Perubahan metabolisme
          Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar diakibatkan karena kecemasan serta kegiatan otot rangka tubuh. Kegiatan metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernapasan, kardiak output dan kehilangan cairan.
3.      Perubahan suhu badan
          Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan,suhu mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1 derjat C. Suhu badan yang naik sedikit merupakan hal yang wajar,namun keadaan ini berlangsung lama,keadaan suhu ini mengindikasikan adanya dehidrasi. Parameter lainnya harus dilakukan antara lain selaput ketuban pecah atau belum,karena hal ini merupakan tanda infeksi.
4.      Denyut jantung
          Penurunan yang menyolok selama acme konstraksi uterus tidak terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang. Denyut jantung diantara konstraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode persalinan atau belum masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik merupakan hal yang normal,meskipun normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi infeksi
5.      Pernafasan
          Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri,kekhawatiran serta penggunaan tehnik pernafasan yang tidak benar. Untuk itu, bidan perlu mengajarkan pada ibu mengenai teknik pernafasan (menghindari hiperventilasi) yang ditandai oleh adanya perasaan pusing.
6.      Perubahan renal
          Poliuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh kardiak output yang meningkat serta glomelurus serta aliran plasma ke renal. Poliuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang,yang mempunyai efek mengurangi aliran urine selama persalinan. Protein dalam urine (+1) selama persalinan merupakan hal yang wajar, keadaan ini lebih sering pada ibu primipara,anemia,persalinan lama atau pada kasus pre ekslamsia.
7.      Perubahan gastrointestinal
          Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama persalinan dan akan menyebabkan konstipasi.
8.      Perubahan hematologis
          Haemoglobin akan meningkat 1,2gr/100ml selama persalinan dan kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama. Jumlah sel-sel darah putih meningkat secara progessif selama kala satu persalinan sebesar 5000s/d 15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap. Hal ini tidak berindikasi adanya infeksi. Gula darah akan turun selama dan akan turun secara menyolok pada persalinan yang mengalami penyulit atau persalinan lama.



9.      Kontraksi uterus
          Konstraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon oksitosin.
10.  Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah Rahim
          Segmen Atas Rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif,terdapat banyak otot sorong dan memanjang.Sar terbentuk dari fundus sampai ishimus uteri
Segmen Bawah rahim (SBR) terbentang di uterus bagian bawah antara ishimus dengan serviks dengan sifat otot yang tipis dan elastis,pada bagian ini banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang.
11.  Perkembangan retraksi ring
          Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR,dalam keadaan persalinan normal tidak tampak dan akan kelihatan pada persalinan obnormal, karena konstraksi uterus yang berlebihan,retraksi ring akan tampak sebagai garis atau batas yang menonjol di atas simpisis yang merupakan tanda dan ancaman ruptur uterus.
12.  Penarikan serviks
          Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi ostium uteri internum (OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks menghilang karena canalis servikalis membesar dan membentuk Ostium Uteri Eksterna (OUE) sebagai ujung dan bentuknya menjadi sempit.
13.  Pembukaan ostium oteri interna dan oteri ekterna
          Pembukaan serviks disebabbkan karena membesarnya OUE karena otot yang melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati kepala. Pembukaan uteri tidak saja terjadi karena penarikan SAR akan tetapi karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong amnion. Pada primigravida dimulai dari ostium uteri internum terbuka lebih dahulu baru ostium eksterna membuka pada saat persalinan trejadi. Sedangkan pada multi gravida ostium uteri internum dan eksternum membuka secara bersama-sama pada saat persalinan terjadi.
14.  Show
          Adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dan sedikit lendir yang bercampur darah,lendir ini berasal dari ekstruksi lendir yang menyumbat canalis servikalis sepanjang kehamilan,sedangkan darah berasal dari desidua vera yang lepas.
15.  Tonjolan kantong ketuban
          Tonjolan kantong ketuban ini disebabbkan oleh adanya regangan SBR yang menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel pada uterus,dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi caiaran yang menonjol ke ostium uteri internum yang terbuka. Cairan ini terbagi dua yaitu fore water dan hind water yang berfungsi melindungi selaput amnion agar tidak terlepa seluruhnya. Tekanan yang diarahkan ke cairan sama dengan tekana ke uterus sehingga akan timbul generasi floud presur.
16.  Pemecahan kantong ketuban
          Pada akhir kala I bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada tahanan lagi,ditambah dengan konstraksi yang kuat serta desakan janin yang menyebabkan kantong ketuban pecah, diikuti dengan proses kelahiran bayi.
b)      Perubahan psikologis pada kala I  
Beberapa keadan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan,terutama pada ibu yang pertama kali melahirkan sebagai berikut:
1. Perasaan tidak enak
2. Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi
3. Sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal
4. Menganggap persalinan sebagai percobaan
5. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya.
6. Apakah bayinya normal apa tidak
7. Apakah ia sanggup merawat bayinya
8. Ibu merasa cemas                                                

C.      Kebutuhan persalinan kala I
1. Kebutuhan Fisiologis
a. Oksigen
b. Makan dan minum
c. Istirahat selam tidak ada his
d. Kebersihan badan terutama genetalia
e. Buang air keil dan buang air besar
f. Pertolongan persalinan yang terstandar
g. Penjahitan perineum bila perlu
2. Kebutuhan rasa aman
a. Memilih tempat dan penolong persalinan
b. Informasi tentang proses persalinan atau tindakan yang akan dilakukan
c. Posisi tidur yang dikehendaki ibu
d. Pendampingan oleh keluarga
e. Pemantauan selama persalinan
f. Intervensi yang diperlukan
3. Kebutuhan dicintai dan mencintai
a. Pendampingan oleh suami / keluarga
b. Kontak fisik (memberi sentuhan ringan)
c. Masase untuk mengurani rasa sakit
d. Berbicara dengan suara yang lemah, lembut, serta sopan
4. Kebutuhan harga diri
a. Merawat bayi sendiri dan menetekinya
b. Asuhan kebidanan dengan memperhatikan privacy ibu
c. Pelayanan yang bersifat simpati dan empati
d. Informasi bila akn melakukan tindakan
e. Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang ibu lakukan
5. Kebutuhan aktualisasi diri
a. Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan
b. Memilih pendamping salama persalinan
c. Bounding and attachment
d. Ucapan selamat atas kelahiran anaknya

D.      Memberikan dukungan persalinan
                 Kehamilan dan persalinan akan menimbulkan kecemasan (ansietas) bagi banyak wanita. Untuk mengurangi kecemasan wanita, bidan harus mengetahui factor psikososial yang terkait dengan persalinan. Dengan memberikan kondisi dan lingkungan yang tepat, baik berupa fisik maupun emosional, kaum wanita dapat mengadopsi mekanisme koping yang dapat menurunkan kecemasan.
1.      Dampak emosional dalam persalinan
     Proses persalinan dapat berdampak jangka panjang bagi wanita, efek dapat bersifat positif dan negative tergantung dari kepuasan mereka terhadap pelayanan saat persalinan. Pengalaman persalinan dan kepuasan terhadap pelayanan saat persalinan dapat meningkatkan harga diri atau kepercayaan diri dan memori positif. Dukungan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama persalinan dan kelahiran. Anjurkan suami untuk berperan aktif dalam mendukung dan mengenali langkah-langkah yang mungkin akan sangat membantu kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu untuk didampingi oleh teman atau saudara yang khusus.
     Dalam kala satu, petugas kerjasama dengan anggota keluarga untuk:
·         Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu.
·         Membantu ibu bernapas pada saat kontraksi.
·         Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya.
·         Menyeka muka muka ibu dengan lembut, menggunakan kain yang dibasahi air hangat atau dingin.
·         Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
2.      Lingkungan persalinan
     Penting bagi bidan untuk menciptakan lingkungan persalinan yang nyaman dan aman bagi ibu. Pada sebagian wanita yang lebih suka melahirkan dirumah sendiri karena merupakan lingkungan yang suah dikenal, ia dapat mempertahankan privasi yang dikelilingi orang-orang yang diinginkannya, yang akan memberi dukungan dan ketenangan pada dirinya. Namun, sebagian wanita lebih tenang melahirkan dilingkungan yang memiliki teknologi dan tersedia dan pelayanan dari para ahli. Keseimbangan dapat disediakan dengan membuat unit maternitas menjadi tidak bersifat institusional, dengan system pemberian asuhan yang memungkinkan ibu dan keluarganya mendapatkan jenis dan standar asuhan yang memenuhi kebutuhan fisik, emosional, sosial dan psikologis mereka.
3.      Dukungan dari pemberi asuhan
     Dukungan dari pemberi asuhan dalam persalinan harus bersfat fisik dan emosional. Dukungan tersebut juga meliputi beberapa aspek perawatan seperti menggosok punggung wanita, mempertahankan kontak mata, ditemani oleh orang-orang yang ramah, dan diberi janji bahwa ibu bersalin tidak akan ditinggal sendirian. Kemampuan memberikan dukungan emosional untuk wanita dalam persalinan merupakan sesuatu yang dikembangkan bidan. Dukungan emosional ini mencakup keterampilan komunikasi dan konseling.

E.       Pengurangan rasa sakit
                 Berdasarkan hasil penelitian, pemberian dukungan secara fisik, emosional, dan psikologis selama persalinan akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal. Metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terus-menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, berbiaya rendah, berisiko rendah, membantu kemajuan persalinan, serta hasil persalinan bertambah baik dan bersifat sayang ibu.
                 Menurut varney, pendekatan untuk mengurangi rasa sakit dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
1.      Mengahadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan (suami/orangtua).
2.      Pengaturan posisi; duduk atau setengah duduk, merangkak, bejongkok, berdiri atau berbaring miring ke kiri.
3.      Relaksasi pernafasan.
4.      Istirahat dan privasi.
5.      Penjelasan mengenai proses/kemajuan persalinan/prosedur yang akan dilakukan.
6.      Asuhan diri.
7.      Sentuhan.
                 Beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit adalah sebagai berikut:
1.      Seseorang pendamping yang terus-menerus, sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari orang yang memberikan dukungan.
2.      Perubahan posisi dan pergerakan.
3.      Sentuhan dan masase
4.      Counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligamen.
5.      Pijatan ganda pada panggul.
6.      Penekanan pada lutut.
7.      Kompres hangat dan kompres dingin.
8.      Berendam.
9.      Pengeluaran suara.
10.  Visualisasi dan pemusatan perhatian (dengan berdoa)
11.  Musik yang lembut dan menyenangkan ibu.

F.       Persiapan persalinan
                 Sebelum persalinan, banyak hal yang perlu dipersiapkan yang sifatnya beragam. Proses persalinan dapat dilakukan di rumah atau di rumah bersalin, di tempat tidur biasa atau khusus, dan mengambil berbagai posisi yamg mungkin atau dengan kaki berada pada tempat pijakan kaki, berjongkok, atau berdiri.
                 Tanpa memperhatikan tempat persalinan, waktu persalinan pada sejumlah persiapan kelahiran harus diatur dengan baik atau bidan tidak akan siap. Pada semua tempat persaninan, hal ini mencakup penyediaan semua instrument dan suplai yang digunakan oleh bidan, serta memastikan semuanya siap dan mudah diakses (minimal bidan menggunakan sarung tangan steril atau DTT, spuit steril, 2 klem tali pusat, gunting tali pusat, ½ Kocher, gunting episiotomi, kateter, penghisap lender bayi, kasa segi empat ukuran 4x4, selimut untuk menerima bayi, dan penutup kepala bayi).
                 Persiapan persalinan di berbagai tempat, memiliki beberapa persamaan penting yang cukup valid dan bermanfaat, yaitu sebagai berikut:
1.      Primigravida
     Persiapan persalinan harus dimulai setelah pembukaan lengkap dan setelah ibu mengejan beberapa lama. Akan tetapi, hal ini tergantung pada seberapa jauh kepala janin telah turun.
2.      Multipara
     Persiapan persalinan harus dimulai sebelum pembukaan lengkap, kurang lebih pada saat pembukaan telah mencapai 8cm. apabila menunggu lama, maka mungkin akan menghadapi persalinan yang tidak terkontrol sebelum selesai mempersiapkan persalinan.
Ada 5 komponen penting dalam merencanakan persalinan, di antaranya:
1.      Membuat rencana persalinan
·         Tempat bersalinan
·         Memilih tenaga kesehatan terlatih
·         Cara menghubungi tenaga kesehatan
·         Transportasi ke tempat persalinan
·         Pendamping persalinan
·         Biaya dan cara mengumpulkan biaya
·         Siapa yang akan menjaga keluarga jika ibu tidak ada
2.      Pengambil keputusan
     Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi di kegawatdaruratan pada saat pengambil keputusan utama tidak ada.
3.      Persiapan kegawatdaruratan
     Mempersiapkan system transportasi jika terjadi kegawatdaruratan. Banyak ibu yang meninggal karena mengalami komplikasi yang serius selama kehamilan, persalinan atau pasca persalinan dan tidak mempunyai jangkauan transportasi yang dapat membawa mereka ke tingkat asuhan kesehatan yang dapat memberikan asuhan kompeten untuk menangani masalah mereka.
4.      Membuat rencana/pola menabung
     Keluarga di anjurkan untuk menabung sejumlah uang untuk persediaan dana guna asuhan selama kehamilan dan jika terjadi kegawatdaruratan.
5.      Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk persalinan
            Ibu dan keluarga dapat mengumpulkan barang-barang seperti pembalut wanita, sabun, baju                 ibu, baju bayi dan lain-lain dan meyimpannya untu persiapan persalinan.



DAFTAR PUSTAKA

Sondakh, Jenny. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. 2013. Jakarta: Erlangga
Indrayani, Djami MEU. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. 2013. Jakarta: TIM